USULAN
PRAKTEK MAGANG
SETUDI PENGARUH ANGIN TERHADAP DISTRIBUSI POLA SEBARAN GELOMBANG SELAT MALAKA
DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE
WINDWAVE 05 DAN ARCVIEW GISS 3.3
DI BMKG SETASIUN
MARITIM BEWALAN
PROVINSI SUMATERA
UTARA
Oleh:
Ahmad
Nurhuda
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis diberikan nikmat kesehatan yang sekarang ini
masih penulis rasakan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan praktek
magang ini. Adapun judul dari praktek magang ini adalah “Studi Pengaruh Angin
Terhadap Distribusi Pola Sebaran Gelombang di Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika BMKG Stasiun Maritim Belawan Sumatera Utara”.
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Mubarak M.Si selaku dosen pembimbing praktek magang
yang telah bersedia memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis untuk melaksanakan
praktek magang ini nantinya. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada kedua
orang tua dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian usulan praktek ini.
Penulis
menerima saran dan masukan positif sehingga memberikan motivasi bagi penulis
untuk berbuat lebih baik lagi.
Pekanbaru, Januari 2015
Ahmad Nurhuda
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Belawan merupakan daerah yang berhadapan langsung dengan Selat
Malaka dan Samudera Hindia yang merupakan pusat dari
segala akses transportasi laut. Belawan juga merupakan pelabuhan terbesar
ketiga di Indonesia
yang menjadi salah
satu pintu masuk
bagi Kota Medan khususnya dan Sumatera Utara umumya melalui jalur Selat Malaka. Salah satu aktivitas penting di
Pelabuhan Belawan adalah bongkar muat barang di
Belawan International Container Terminal.
Pola cuaca dan iklim
yang tidak beraturan akan mengganggu sarana transportasi laut dan juga segala
aktifitas yang berhubungan dengan laut. Frekwensi gangguan angin kencang dan
badai angin Belawan dan angin Timur yang silih berganti berpeluang mengganggu
lalulintas perhubungan laut dan aktifitas nelayan yang akan menyebabkan kapal
kecelakaan ataupun kapal tenggelam.
Fenomena laut yang
sangat mempengaruhi keselamatan di laut salah satunya yaitu gelombang yang
tinggi, oleh karena itu diperlukan informasi tentang kecepatan angin dan
ketinggian gelombang di perairan Indonesia pada umumnya dan perairan Belawan
Sumatra Utara pada khususnya.
Salah satu cara peramalan gelombang adalah dengan
menggunakan data angin. Data
angin diperlukan untuk peramalan tinggi dan periode gelombang signifikan
yang dibangkitkan oleh angin yang meliputi kecepatan angin dan arah
angin.
Untuk memperoleh
informasi perairan jangka panjang atau iklim maritim, perlu dilakukan
kajian-kajian yang mendalam tentang berbagai interaksi antara atmosfer, laut
dan daratan. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji bagaimana
karakteristik dan sebaran pola angin dan sebaran gelombang laut pada wilayah
tersebut. Baik pada musim timur atau muson dingin Australia maupun musim barat atau muson
dingin Asia.
1.2.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari
praktek magang ini diantara lain :
1.
Mengetahui distribusi pola sebaran gelombang yang terjadi di perairan laut
Belawan.
2. Mengetahui besar kecepatan dan arah
angina terhadap pergerakan dan kecepatan gelombang yang terjadi di perairan laut
belawan.
3. Mengetahui tata cara pengambilan data angin
dan gelombang di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim
Belawan Sumatera Utara.
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat yang didapat
dari praktek magang ini yaitu Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta
informasi tentang pengambilan dan pengolahan
data angin dan data gelombang perairan laut Belawan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kondisi Oseanografi Perairan Belawan Sumatera Utara
Sumatera
Utara terletak di wilayah khatulistiwa dimana tekanan udara rendah dan
mempunyai iklim tropical. Perubahan iklim sangat kecil sehingga iklim harian
dapat diprediksi dengan mudah. Dalam kondisi khusus hujan lebat kadang terjadi
di sepanjang garis pantai. Secara geografis Laut Belawan terletak pada 3°15’ –
3°50’ LU dan 98°38’ – 98°40’ BT yang mempunyai panjang 74 km (Yeanny, 2005).
Wilayah
Barat Sumatera merupakan perairan yang unik karena letak geografisnya berada
diantara benua Asia dan Australia. Di wilayah
ini terjadi suatu sistem pola angin yang disebut sistem angin muson Asia-Australia.
Pergantian arah muson dua kali setahun dan mencapai puncak pada bulan-bulan
tertentu yang menyebabkan pola sirkulasi massa air di perairan
Indonesia. Letak geografis perairan Belawan Sumatera yang berada pada system
angin muson menyebabkan kondisi oseanografi perairan ini dipengaruhi oleh
perubahan iklim global seperti El Nino
dan Indian Ocean Dipole Mode (Shinoda, 2004).
Karena adanya pola angin muson, maka di sumatera utara
terbentuklah angin yang disebut oleh penduduk sekitar sebagai angin Bahorok.
Menurut Anonimus 2011, Angin Bahorok sebenarnya adalah angin Fohn yang terjadi
di Deli Sumatera Utara. Fenomena terjadinya angin Bahorok ini tidak terlepas
dengan terjadinya angin Musonn Tenggara, yang di Sumatera Utara berubah menjadi
angin muson Barat Daya.
Angin Bahorok adalah massa udara yang telah kehilangan uap
airnya dibagian atas angin dari pegunungan, jatuh dengan kecepatan besar di
sebelah bawah angin dari pegunungan itu sebagai angin panas yang kering.
Terjadinya angin bahorok oleh karena gerakan massa udara ditahan oleh
pegunungan bukit barisan sehigga udara itu dipaksa naik ke atmosfir lebih
tinggi dan dipaksa melakukan kondensasi, dimana gradien temperatur udara basah
lebih kecil dari pada gradien temperatur udara kering. Kondensasi yang terjadi
oleh pendakian udara basah akan melepaskan sejumlah panas latent (yaitu panas
uap) dan panas ini diterima oleh udara itu sendiri (Anonimus, 2011).
2.2.Potensi Angin Indonesia
Pola angin yang sangat
berperan di Indonesia adalah angin musim (muson). Angin musim ini bertiup secara mantap ke arah
tertentu pada suatu periode sedangkan pada
periode lainnya angin bertiup secara mantap pula dengan arah yg berlainan.
Posisi Indonesia antara benua Asia dan
Australia membuat kawasan ini paling
ideal untuk berkembangnya angin
musim. Musim
Barat: Desember, Januari
dan Pebruari angin
berhembus dari Asia
menuju ke Australia curah hujan
tinggi. Musim Timur: Juni, Juli, Agustus sebaliknya angin berhembus dari Australia
menuju ke Asia curah hujan rendah
(Lanuru dan Suwarni, 2011).
Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan
di sini cendrung tidak tertentu yang
tergantung kepada bermacam-macam sifat
seperti tinggi, periode
gelombang di daerah mana
mereka dibentuk (Lanuru, et all 2011).
Pada saat musim dingin Belahan Bumi Utara, umumnya terjadi pada bulan
Oktober hingga April dan puncaknya akan terjadi pada bulan Desember, Januari,
Februari, angin muson bertiup dari daerah Siberia menuju Benua Australia. Pada
periode ini daerah-daerah di Indonesia yang berada di sekitar Sumatera bagian
selatan, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara sampai dengan Papua, angin muson
bertiup dari Barat kearah Timur. Daerah ini disebut Muson dingin dari Belahan
Bumi Utara ini dinamakan Monsun Barat. Sedangkan daerah yang mencakup sebagian
besar Sumatera dan Kalimantan Barat angin muson datang dari arah Timur laut,
angin Muson di daerah ini Disebut angin Musonn Timur laut (Prawirowardoyo 1996
dalam Ramlan 2012).
Angin Muson Barat ini bertiup saat matahari berada di Belahan Bumi
Selatan khatulistiwa, yang menyebabkan benua Australia musim panas, sehingga bertekanan rendah. Sedangkan benua Asia lebih
dingin, sehingga tekanannya tinggi. Pada waktu ini, Indonesia pada khususnya
akan mengalami musim hujan akibat adanya masa uap air yang dibawa oleh angin
ini, saat melalui lautan luas dibagian utara (Ramlan, 2012).
2.3.
Gelombang
Laut
Gelombang yang terjadi
disepanjang garis pantai Belawan berasal dari gelombang laut dalam dari arah
utara ke timur laut, yang dibangkitkan sesuai dengan fetch di perairan Selat Malaka. Gelombang ini terjadi pada saat
muson timur laut yang terjadi dari November hingga Maret.
Gelombang laut
dapat ditinjau sebagai
deretan pulsa-pulsa yang
berurutan yang terlihat sebagai perubahan ketinggian permukaan air laut,
yaitu dari elevasi maksimum (puncak) ke
elevasi minimum (lembah) (Lanuru, et all 2011).
Menurut (Samulano, 2012)
ada tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh
angin, yaitu: lama angin bertiup atau durasi angin, kecepatan angin, dan fetch.
Semakin lama angin bertiup pada permukaan perairan, maka semakin besar energi
yang akan dihasilkan. Semakin besar energi gelombang akan menyebabkan pergerakan
(kecepatan) gelombang semakin kencang / cepat, sehingga gelombang yang ditimbulkan
semakin tinggi. Angin yang
lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar. Sedangkan fetch,
merupakan jarak tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Semakin panjang
jarak fetch, maka ketinggian gelombang akan semakin besar.
Gelombang yang menjalar
dari laut dalam
menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena adanya
pengaruh perubahan kedalaman laut.
Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil
dari setengah kali panjang
gelombang. Di laut dalam
profil gelombang adalah
sinusoidal, semakin menuju ke
perairan yang lebih dangkal
puncak gelombang semakin
tajam dan lembah gelombang
semakin datar. Selain itu
kecepatan dan panjang gelombang berkurang
secara berangsur-angsur sementara tinggi
gelombang bertambah (Dauhan,
2013).
Menurut (Dauhan, 2013) Gelombang
pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu
perbandingan antara tinggi dan
panjang gelombang. Pecahnya
gelombang biasanya terjadi pada
saat gelombang mendekati
pantai, dimana puncak gelombang
menjadi tajam dan kedalamannya
mencapai seperempat dari tinggi
gelombang dan akhirnya
terjadi gelombang pecah. Efek
perubahan kedalaman laut akan
mengakibatkan tinggi gelombang
bertambah besar ketika gelombang tersebut
memasuki perairan dangkal. Tinggi
gelombang akan mencapai suatu ketinggian
tertentu dan ia
akan menjadi tidak stabil dan kemudian pecah dan mengakibatkan timbulnya
energi. Perambatan gelombang menuju
perairan dangkal semakin mengurangi kecepatan tapi energinya justru
bertambah besar sehingga tinggi gelombang
juga menjadi semakin bertambah besar. Kondisi gelombang
pecah tergantung pada kemiringan dasar pantai dan kecuraman gelombang.Gelombang pecah
dapat dibedakan menjadi tiga tipe
berikut ini :
1. Spilling
Spilling biasanya
terjadi apabila gelombang dengan
kemiringan kecil menuju ke pantai
yang datar (kemiringan kecil). Gelombang
mulai
pecah pada jarak yang
cukup jauh dari
pantai dan pecahnya terjadi
berangsur-angsur. Buih
terjadi pada puncak
gelombang selama mengalami
pecah dan meninggalkan suatu lapis
tipis buih pada
jarak yang cukup panjang.
2. Plunging
Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang
akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan
massa air pada
puncak gelombang akan terjun ke depan. Energi gelombang pecah dihancurkan dalam
turbulensi, sebagian kecil di
pantulkan pantai ke
laut, dan tidak banyak gelombang
baru terjadi pada air yang lebih dangkal.
3. Surging
Surging terjadi pada
pantai dengan kemiringan yang
sangat besar seperti yang
terjadi pada pantai
berkarang. Daerah gelombang pecah
sangat sempit, dan sebagian
besar energi dipantulkan kembali ke laut dalam. Gelombang
pecah tipe surging ini
mirip dengan plunging, tetapi sebelum
puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah.
2.4.
Suhu
Permukaan Laut
Gerakan air dapat pula disebabkan
oleh adanya perbedaan kerapatan massa air. Perbedaan kerapatan ini
timbul terutama disebabkan
oleh perbedaan salinitas
dan suhu. Sirkulasi air di laut yang diakibatkan oleh
perbedaan kerapatan yang
disebabkan oleh adanya perbedaan
suhu dan salinitas dinamakan thermohaline circulation (Lanuru, et all 2011).
Matahari merupakan
sumber energi utama dalam mempengaruhi perpindahan masa udara di bumi. Radiasi
yamg dipancarkan matahari ke bumi akan menjadikan permukaan bumi menjadi panas
yang akan menyebabkan timbulnya perbedaan suhu dan tekanan udara dari satu
tempat ketempat lainya, sehingga massa udara selalu berpindah dari tempat yang
bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Pergerakan massa udara dari
tempat satu ke tempat yang lainya inilah yang disebut angin. Gesekan angin
dengan permukaan laut inilah yang menimbulkan gelombang (Lanuru, et all 2011).
Gordon, 2005 menyatakan
bahwa suhu merupakan suatu besaran fisika dimana banyaknya bahang (energy
panas) terkandung dalam suatu benda. Suhu air laut pada daerah permukaan sangat
tergantung dari jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari adalah daerah
yang terletak pada lintang 100 LU – 100 LS dan
menyebabkan suhu perairan di daerah ekuator lebih tinggi dibandingkan daerah
dengan lintang lebih besar.
Kemampuan daratan dalam
menyimpan panas berbeda
dengan air. Daratan
akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi
dari pada lautan. Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin
daripada lautan pada waktu tidak ada
insolation. Akibatnya di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar
bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Kisaran suhu di lautan: 1,8 oC s/d 42oC.
Sementara di daratan 68oC s/d 58 oC (Lanuru, et all 2011).
III.
METODE PRAKTEK
3.1.Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktek
magang ini dilaksanakan pada tanggal 27 Januari
2015 sampai 27 Februari 2015 yang bertempat di Badan Meteorologi dan
Geofisika Belawan provinsi Sumatra Utara.
3.2.Alat dan Bahan Praktek.
Alat yang digunakan
selama praktek magang ini adalah, personal
computer (PC) dan Laptop, Software
Winwaves 05 dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan dalam praktek magang
ini adalah data Grib yang diperoleh
dari BMKG pusat.
3.3.
Metode
Praktek
Metode praktek yang
digunakan dalam praktek ini adalah metode survey dengan cara pembuatan peta
gelombang yakni, mendownload data Grib
dari BMKG pusat dengan menggunakan Software
Windwaves 05 hasil running model Windwaves 05 dibuat menjadi sebuah
informasi dalam bentuk peta dengan menggunakan Arcview GIS 3.3. dan output peta meliputi data ketinggian gelombang dan
kecepatan angin permukaan laut pada hari tersebut.
3.4. Analisis Data
Data primer
didapatkan langsung pada saat melakukan praktek magang dan data sekunder
didapatkan melalui wawancara kepada pihak – pihak terkait untuk mengetahui
gambaran keadaan lokasi dan berbagai fasilitas yang dimiliki BMKG Belawan.
Selanjutnya data tersebut akan dibahas secara deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2011. http://imbalo.wordpress.com/2011/10/01/angin-bahorok. Diakses pada 22 desember 2014. 14.13 wib.
Dauhan. S. K. 2013. Analisis Karakteristik Gelombang Pecah
Terhadapperubahan Garis Pantai Di Atep Oki. Universitas Sam Ratu Langi.
Manado. Jurnal Sipil Statik Vol 1. No. 12. 13 hal.
Lanuru,M dan Suwarni 2011. Bahan Ajar Pengantar Oseanografi.
Universitas Hasanudin. Makasar. 126 hal.
Ramlan 2012. Variabilitas Gelombang Laut Jawa dan Selat
Karimata Ditinjau Dari Persepektif Dinamika Meteorologi. Tesis FMIPA
Universitas Indonesia. Depok . 134 hal.
Samulano.I 2012. Refraksi Dan Difraksi Gelombang Laut Di
Daerah Dekat Pantai Pariaman. Pascasarjana
Universitas Andalas. 21 hal.
Shinoda,
T., Haryy. H. hendon, and M.A. alexander. 2004. Surface and Subsurface Dipole Variability in the Indian Ocean and Its
Relations with ENSO. Sea Res.
Yeanny, M.Sari.
2005. Pengaruh Aktivitas
Masyarakat Terhadap Kualitas
Air dan Keanekaragaman Plankton
di Sungai Belawan Medan. Jurnal Komunikasi
Penelitian Volume 17. No 2. 6 hal.
|
Lampiran
2.
Organisasi Praktek
Nama
: Ahmad Nurhuda
NIM : 1104111862
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
Jurusan : Ilmu Kelautan
Alamat : Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simp. Baru – Panam,
Pekanbaru, Riau
Nama :
Dr.
Mubarak M.si
NIP :
1965 1208 1992 0310 08
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau
Alamat : Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simp. Baru – Panam, Pekanbaru, Riau
Praktek magang ini akan dilaksanakan pada tanggal 27 Januari – 27 Februari 2015. Berikut adalah jadwal kegiatan magang
yang dilakukan, yaitu:
No.
|
Kegiatan
|
November
2014
|
Desember
2014
|
Januari
2015
|
Februari
2015
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
*
|
*
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*
|
*
|
*
|
*
|
|
4.
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lampiran
4.
Outline Sementara
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Tujuan dan Manfaat
3.1.
Waktu dan Tempat
3.2.
Bahan dan Alat
3.3.
Metode Praktek
3.4.
Prosedur Praktek
3.4.1. Pelaksanaan Praktek
3.4.2. Analisis Data
4.1.
Hasil
4.2.
Pembahasan
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran
LAMPIRAN
Lampiran
5.
Anggaran Biaya
a. Pembuatan
proposal :
Rp. 100.000
b. Perbanyak
proposal : Rp. 150.000
c. Alat
tulis : Rp. 30.000
d. Seminar
Proposal :
Rp 300.000+
Sub total : Rp. 580.000
2.
PelaksanaanMagang
a. Transportasi
Pekanbaru-Belawan : Rp.
300.000
b. Biaya
penginapan dan akomodasi :
Rp. 800.000
c. Biaya
hidup :
Rp 1.350.000
d. Transportasi
dalam kota : Rp. 200.000+
Sub total :
Rp. 2.550.000
a. Pencetakan
laporan : Rp. 100.000
b. Penjilidan
dan perbanyak : Rp. 200.000+
Sub total :
Rp. 300.000
4.
Biaya tak terduga : Rp. 500.000
Total Rp.4.030.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar